Abstract
Gerakan Kesetaraan Jender (Gender Equality Movement) merupakan respons kaum feminis terhadap ketimpangan sikap sosial terhadap kaum wanita. Keberadaannya, bukanlah menjadi saingan kaum pria. Namun lebih mengedepankan kesetaraan hubungan antara pria-wanita. Perbedaan bologis antara pria dan wanita merupakan kodrat yang bersifat anugerah (taken for granted). Kesetaraan jender menilik pada relasi yang memberi peluang dan peran yang sama antara pria dan wanita. Kelemahan, keterbelakangan dan kondisi yang kurang menguntungkan bagi wanita—sejatinya—bukanlah kodratnya namun lebih disebabkan oleh kesempatan dan peluang untuk mengembangkan diri yang terbatas. Kenyataan berubah bahwa wanita dapat meraih prestasi sebagaimana yang pernah diraih kaum pria setelah diberikan kesempatan dan peluang berpendidikan dan berkarya. Jadi, label dan penyematan wanita lebih bodoh, lemah dan terbelakang dari kaum pria merupakan mitos hasil konstruk sosial. Konstruks sosial ini dapat berubah setelah kesempatan, peran dan peluang diberikan secara sama kepada kaum wanita dan pria.
Metadata
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Creators: | Creators Email / ID Num. Sahrodi, H Jamali UNSPECIFIED Maulana, Amin UNSPECIFIED |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology > Applied psychology > Special topics (not otherwise provided for), A-Z |
Divisions: | Universiti Teknologi MARA, Melaka > Alor Gajah Campus |
Event Title: | 2nd International Islamic Heritage Conference (ISHEC 2017) |
Event Dates: | 14-15 November 2017 |
Page Range: | pp. 101-116 |
Keywords: | Jender; Perspektif; Nasaruddin Umar |
Date: | 2017 |
URI: | https://ir.uitm.edu.my/id/eprint/20018 |